20 Feb 2011

Kardus Buku: Kita semua Doraemon Santa



Dongeng? Membaca cerita?
Hadiah terindah untuk anak - anak.

Mengisi acara anak - anak, mendongeng membuat mereka terdiam adalah hal yang paling kusukai.
Itu membuat saya rileks dan lega.

Rindu sekali bercerita dengan Nabila di Bintaro.
Rindu melihat Maureen canggih dengan aksen Britishnya, Aunty tell me about this book

Malam ini, saya mendapat email dari seorang sahabat yang sedang bertugas mengajar di Halmahera.
Semoga, pembaca setia kuningorange sudi bergabung, dan berkontribusi, saya akan membantu kalian :)
Anak Indonesia berhak maju!

Teman2 yg berbahagia,

Semoga saat email ini diterima, teman2 dlm kondisi sehat dan tdk terlalu sibuk, sehingga mau meluangkan waktu membaca racauan dari ujung timur Indonesia. :)

Tiga bln sdh aku mengajar di desa Indong, pedalaman Halmahera Selatan. Desa yg indah di bibir pantai pulau Maluku dengan penduduk yg ramah luar biasa. Alhamdulillah aku sendiri sdh mulai diterima dan betah di sini.

Aku mencoba memberikan manfaat semaksimal mungkin utk desa ini selama aku berada di sini 1thn, terutama dlm bidang pendidikan. Aku sadar, mencoba melakukan ini sendirian akan sulit. Dan aku yakin, Indonesia ini masih penuh dgn orang2 baik yg ingin memberikan sesuatu untuk sesama.

Aku mengajak teman2 untuk berbagi.
Aku butuh bantuan teman2.

Di awal kedatanganku, aku membawa 1 kardus berisi buku dan majalah untuk anak2. Di hari aku membuka kardus itu, isinya segera habis tak bersisa diambil oleh anak2. Mereka membaca dgn suara keras dan antusias di depanku. Mereka membaca seperti tidak pernah melihat buku sebelumnya.

Di desa ini, anak2 tdk ada yg memiliki buku pelajaran. Mereka ke sekolah hanya bermodalkan pensil dan buku tulis. Dana BOS (Bantuan Operasional Sekolah) tdk cukup utk membelikan mereka buku pelajaran yg mereka butuhkan.

Jika teman2 mempunyai buku2 bekas yg sudah tdk terpakai, teman2 bisa mengirimkan ke desa ini. Buku apa saja diterima. Lebih diutamakan buku belajar membaca, menulis dan berhitung. Berikut juga SD, SMP, dan SMA serta buku cerita. Masih banyak anak yg tdk bisa membaca, menulis dan berhitung dgn lancar di desa ini.

Teman2 bisa mengirimkan lewat pos dgn biaya Rp 10rb/kg dgn alamat:
SDN Indong, desa Indong, kec. Mandioli Utara, kab. Halmahera Selatan, prov. Maluku Utara. Paket teman2 kira2 akan sampai dlm waktu sebulan.

Setiap paket yg sampai akan didata dan didokumentasikan di blogku:
http://rahmanadipradana.wordpress.com
atau
http://blog.indonesiamengajar.org/adipradana/
Teman2 bisa memeriksa sendiri nantinya.

Harapanku adalah teman2 bisa mengirimkan minimal 1 kardus berisi buku, berapapun dan buku apapun dan dalam bahasa apapun diterima.

Semoga kardus yang teman2 kirimkan bisa menjadi kantong doraemon dan karung santa klaus yg akan menghadiahkan anak2 desa ini sejumput impian dan harapan dalam hidup yang tak pernah mereka bayangkan.

Jika berkenan, tolong sebarkan email ini kepada keluarga, saudara, teman kuliah, teman kerja, dan kerabat lain.

Terima kasih untuk bantuannya.

Salam hangat dari halmahera,

Rahman Adi Pradana
Pengajar Muda
Indonesia Mengajar
Email: adi.pradana@pengajarmuda.org
Powered by Telkomsel BlackBerry®

foto: jepretan saat di sisa hancurnya rumah erupsi Merapi

17 Feb 2011

Imajinasi guru saya, dahsyat!



"Pengaruh seorang guru bersifat kekal; ia tak pernah tahu kapan pengaruhnya berakhir." -Henry Adam, Tuesday With Morrie p.84

Bukan saatnya berhenti berharap memiliki si kecil Autis, si murid Autis, si adik Autis.
Sesi sibuk berimajinasinya mengajari saya bahwa ada satu waktu untuk berimajinasi tentang impian di masa depan.
Suara teriaknya menginspirasi saya saat di pinggir pantai pasir putih Sundak biar rileks. Ups, ternyata sama nikmatnya seperti hari plesir di akhir pekan.

Dunia imajinasinya sama serunya menggoyangkan bola kristal berisi tiruan salju di meja saya

Kejutan sederhana di setiap pertemuan membuat kita, yang kata orang dalam kondisi normal, untuk terus berpikir kontribusi tokoh apa dunia imajinasinya. Ehem, tersentil nih, apa ya kontribusi saya untuk dunia nyata ini?
Otak saya pun tidak berhenti berpikir, ia mengajari saya menjadi manusia cerdas!

Dia paling suka koran bagian iklan kecik!
So, terselip iklan kecik di buku-buku saya untuknya.
Ups, dia sedang mengajari saya meng-up date berita layaknya Diplomat!

Dia guru saya sesungguhnya, bukan saya gurunya dia :D

-- Kuning Orange [Monggo] biarkan manusia hidup dengan cara dan dunianya. Tanpa perlu memaksa mengikuti dunia kita. Dunia imajinasi setiap orang berbeda, untuk apa pusing? Ada komunikasi membantu kita, lisan tulisan semua bisa dikomunikasikan :)

Jarak. Cara hidup. Kesibukan. Kesenangan. Ada solusinya, komunikasi untuk saling mengerti dan mencoba dunia baru.
Love actually is all around :)

#terima kasih internet, terima kasih Mark, terima kasih insinyur teknologi

foto: hasil si guru saat studi banding ke dunianya :)

16 Feb 2011

Ibu Kota Indonesia, Jakarta

Apa nama ibu kota negara Indonesia? Jakarta!
Kemana kau akan merantau, dik setelah Jogja? Jakarta!
Tinggal dimana Nabila? Jakarta!
Eh saya dari Jakarta lho
Waduh, dari Pekan Baru mau ke Jambi, musti balik dulu Pekan Baru - Jakarta - Jambi
Iiih, Jogja mulai macet deh berasa Jakarta!

Terinspirasi dari blog paman saya, jakartasepanjangjalan.blogspot.com, bercerita tentang Jakarta.

Jakarta!
Kata yang tidak asing bagiku, dan rata - rata mendengar kata Jakarta identik dengan kemacetan, pusat atmosfir Indonesia, dan metropolis. Ehem, tidak perlu banyak saya cerita mengenai sisi ibu kota yang sudah banyak orang tahu dan acap kali membuat snewen emosi orang.

Setelah seminggu jetlag dari perjalanan ibu kota ala Eropa yang tidak ada kemacetan selain kemacetan orang - orang antri di stasiun - stasiun underground, saya menyempatkan menengok dan mencari sisi lain ibu kota negara saya, Jakarta, sebelum pulang ke rutinitas di Jogjakarta.

#Jalan Surabaya
Perjalanan dimulai dari toko - toko antik di Jalan Surabaya. KRL Ciujung (4.500 rupiah) membawaku menuju St. Sudirman - naik ojek (10.000) rupiah - St. Cikini. Jalan Surabaya terletak di belakang St. Cikini, pada pukul 09.00 pagi, para pedagang mulai membuka kios dagangan mereka yang kebanyakan menjual barang antik. Pedangang di Jalan Surabaya menjelaskan mereka adalah warga Tampomas yang terkena gusur, kebanyakan dari mereka adalah para pelaut. Nampak terlihat dari aneka dagangan yang mereka jual, jangkar, teropong, piringan hitam, telpon lama etc
Eits, berhubung perjalanan akan dilanjutkan menuju kawasan KOTA, sehingga kami harus mencari halte Transjakarta terdekat, yaitu halte pasar rumput dengan berjalan kaki.

# Klenteng Petak Sembilan
Transjakarta membawa kami dari halte Pasar Rumput menuju Dukuh Atas dan berpindah koridor ke koridor KOTA turun di halte Glodok. Gang menuju klenteng ada di seberang halte Glodok. Berjalan kaki sebentar sampailah kami di Klenteng Petak Sembilan. Bau hio sangat tercium dari luar, halaman klenteng penuh umat. Aktivitas di dalam klenteng semakin nampak di beberapa sudut. Umat sibuk melakukan aktivitas mereka, saat saya datang, tepat pada hari sembahyang 'pembuangan sial' -tutur petugas klenteng yang mengantar saya ke dalam sudut - sudut ruangan. Beliau menerangkan dan menunjukkan patung dewa, makna setiap lembar persembahan, lilin, kalender, dsb Perawakan saya tidak nampak seperti umat yang hendak beribadah, ehem beberapa orang berpikir saya jurnalis. (waow jadi teringat profesi jaman cilik saja). Klenteng Petak Sembilan pun mengingatkan pada tempat kelahiran saya di Semarang yang mana banyak klenteng, acara seremonial Gong Xi Fa Chai, Cap Go Meh, dan digalakannya Pasar Pecinan (Semawis). Multikultur sangat terasa di sini, kita akan merasakan keindahan Indonesia.
#Stasiun Jakarta Kota
Transjakarta dari halte Glodok menuju satu halte selanjutnya halte KOTA. Woaw! saya berada di underground menuju pintu keluar ke arah St. Jakarta. Bangunan arsitektural Belanda, langit - langit yang tinggi (ups, saya bukan arsitek). Stasiun Jakarta Kota mengingatkanku pada novel Pramoedya A. Setelah beribadah duhur, kami menyantap makan siang di tenda warung sederhana, pilihan menu Soto Mie melengkapi siang saya.

#Museum Wayang
Warisan Budaya Indonesia, wayang. Berbagai macam wayang melengkapi koleksi museum wayang baik dari wayang kulit, wayang golek, mulai dari lukisan, foto, dan diorama wayang. Yang menarik, ada pagelaran wayang kulit dengan dalang muda dan karawitan serta sinden berbusana Jawa lengkap. Tidak terlalu mahal untuk masuk museum wayang.

#Ruang apresiasi publik
Halaman depan Museum Fatahillah menjadi ruang publik yang sederhana dan menjadi ruang ekspresi bagi masyarakat. Saat saya berkunjung, ada kumpulan anak muda yang sedang mengapresiasikan pikiran mereka baik tulisan, video. Lainnya, ada penjual obat yang menggunakan metode jaman dulu (baca: berteriak memakai mic, atraksi atas pasien untuk memperlihatkan mujarab obatnya, dan menjualkan secara massal nego harga). Unik!

#Bersepeda ala noni tuan Belanda
Ada yang berbeda dari suasana Kota, yaitu persewaan sepeda lengkap dengan topi ala noni dan tuan Belanda. Harga sewa terjangkau, 15.000 - 20.000 rupiah. Kita dapat menggunakan sepeda di seputar Kota. Pilihan menuju pelabuhan Sunda Kelapa ada dibenak kami. Lumayan 20 menit tidak jauh dari halaman museum Fatahillah. Pelabuhan Sunda Kelapa membawa imajinasi saya kepada cerita VOC. Banyak kapal - kapal pinisi berlabuh di dermaga, bongkar muat.

Di Jakarta, masih banyak alternatif untuk menikmati sisi lain dari Jakarta selain penat kemacetan, berakhir pekan di mall. Ruang publik dan pilihan masih dapat diakses, mungkin memang tidak menutup kemungkinan tetap saja jarak tempuh menjadi pertimbangan, selain ketertarikan masing-masing. Masih ada Kemang, Wisata Kuliner, Pertunjukan di TIM, Dufan, etc

So, banyak cara menikmati sisi lain dari ibu kota agar tetap menikmati kota perantauan yang metropolis, Jakarta.


Jujur, sudah dua bulan saya tidak tenggelam dalam udara ibu kota, tidak dapat menikmati kemacetan, hectic ibu kota, dan melihat polah ponakan kecil penghapus penat melengkapi udara kampung sektor 4 Bintaro yang teduh. Saya rindu suasana itu sekarang, Jakarta :)

foto jepretan: akhir pekan sante di ibu kota

Panik: Jodoh saya sudah disiapkan to Tuhan rupanya


Dalam suatu masa datang ke Jogjakarta sendiri tanpa orang tua dan kakak, hanya dijemput oleh Ni Wayan, saya kembali ke kota ini dengan sejuta energi setelah menghirup udara ibu kota selama setahun. Tujuan yang terpikir saat itu adalah saya ingin belajar. Setahun sudah berlalu, justru pelajaran banyak saya temukan di luar sekolah baik pelajaran kehidupan dan pelajaran yang saya minati, sustainable development.

Hari ini pengumpulan rencana tugas akhir, layaknya mahasiswa tingkat akhir, saya pun pusing dan panik. Bedanya, tiga tahun lalu saya panik dan segera mencari jalan agar saya selamat dari tekanan (baca: semangat bikin skripsi). Ehem, entah karena faktor begaya, atau sok-sokkan saya tidak pusing. Namun tetap saja pagi ini saya panik, dalam hitungan jam, nasib dan cerita akhir saya akan tertulis dalam catatan akhir sekolah bernama Tesis.

Sejak sore kemarin saya pikir-pikir tema, sejenak saya datang refeshing menikmati Pekan Budaya Tiong Hoa pun saya galau terpikir oleh judul dan topik tersebut bahkan saat adik hendak iseng bermain tarot, saya pun iseng ikut dibacakan.

"... keduanya baik sekolah maupun pekerjaan Ratih akan berhasil karena banyak orang baik yang membantu Ratih di kantor dan soal kuliah tidak menjadi masalah besar, artinya keduanya akan mencapai keberhasilan..." begitulah tutur si pembaca tarot.

Glek! yaelah mbak, Tuhan saya mah sudah mengajari saya cara untuk mengelola waktu dan pikiran. Dan ucap syukur teman - teman saya di kantor dan dosen pun baik - baik. Ini semua berkat ibadah muamalah dan keyakinan pada ada kemudahan di setiap langkah umat saja batinku.

Eniwei, pagi ini panik teratasi dengan hanya 10 menit! whoooot?

Rupanya, Tuhan telah mempersiapkan jodoh saya (baca: topik tesis), mau saya koprol hingga jungkir balik mencari juga berakhir pada topik yang pas dihati ya itu tadi.

Ehem, rasanya saya tetap harus jeli dan perhatian pada hal - hal sekitar tidak hanya terfokus pada visioner apalagi sibuk dalam kepanikan.

Terkadang saya pun lupa untuk sejenak bernafas, tidak terburu - buru, dan menikmati waktu.
Terkadang saya menyalahkan ritme hidup di Jogja yang serba kurang gregret secepat kilat dari kerasnya ibu kota.

Ehem,
pagi ini saya belajar untuk tidak sibuk berlari dan menikmati buru - buru serta panik saya dalam setiap hal.
Menikmati waktu bukan berarti lambat,
Menikmati waktu saya anggap sebagai reward atas diri ini yang selalu dikuras energinya
Menikmati waktu bukan berarti melupakan masa depan.

Terima kasih panik, tanpa ada kepanikan saya tidak akan bisa duduk diam dan berpikir langkah selanjutnya.

Eniwei, Ibu saya seorang mudah panik, Ayah saya berkarakter lembut dan tenang, begitu juga dengan Ayah Bunda Nabila :)
So, sebuah reward bagi diri saya double tasking , panik dan menenangkan panik. Happy single moment :)

foto: papan informasi Help Point di St. Tube

15 Feb 2011

Amerika: Mas Bram, Tuhan punya banyak skenario



---bekerja di KJRI Houston menyenangkan banyak bertemu orang dan belajar ini itu. Semoga suatu saat Ratih juga bisa berkarya sesuai keinginan dan impian yang dituju!!!---

cuplikan pesan singkat dalam sebuah kartu pos kiriman sahabat saat kami duduk dibangku kuliah. Rasanya saya menjadi teringat bagaimana perjuangan kesabarannya menempuh cita-citanya menjadi seorang diplomat. Bukan hal yang mudah untuk menembus Pejambon. Banyak hal yang harus dipersiapkan dan dipertimbangkan bahkan penuh kekuatan doa.

Hidup dan mencari ilmu di lingkungan yang membuka banyak peluang keluar negeri menjadi menyenangkan bagi saya dan teman-teman. Peluang dan jalan terbuka bagi kami. Mimpi sebagian besar dari kami adalah keliling dunia. Kami selalu berbicara soal negara A, B, C bahkan kami bebas memilih kawasan apa yang kami sukai. Berhubung saya penasaran dengan negara yang kata orang adidaya, Amerika, saya menjadi kawasan tersebut sebagai kawasan yang menarik untuk dipelajari. Tak pernah berpikir soal benua bernama Eropa, maka saya tidak mengambilnya.

Eits,
Tuhan punya banyak skenario.
Tuhan mengerti apa yang saya butuhkan bukan saya inginkan.


Keberangkatan kakak menginjakkan Amerika dan menyerap ilmu secepat kilat disana membuat saya tutup mulut alias no comment!
Satu persatu sahabat berpamitan menuju negara adidaya itu, mengirim kartu pos, membawakan bendera, buku bahkan majalah. just fyi, koleksi bendera dunia dan kartu pos terbanyak saya, ternyata Amerika. Semua kiriman mereka membuat saya senang, dan mengucap syukur bahwa saya belum berhenti berharap dan disimpankan moment ke Amerika dalam kejutan hidup selanjutnya.

Mana tahu gitu, dapat tugas, konfrensi, atau hanya numpang transit huekekeke sama halnya saya tidak pernah bermimpi sebelumnya ke Eropa, saya dulu cuma bisa tersenyum dan kemudian tutup mulut saat dua buah kartu pos melayang ke rumah, cuma bisa menikmati tiap foto kiriman tentang Eropa.

Eits,
Tuhan punya banyak skenario.
Tuhan mengerti apa yang saya butuhkan bukan saya inginkan.


So, Houston semoga menjadi kebutuhan saya di masa depan. Entah hanya mengunjungi Nabila atau apapun itu yang pasti Tuhan menjadikan keberangkatan menjadi kebutuhan saya suatu saat nanti.

Ehem,
lukislah awan kebutuhan kita di masa depan.

1... 2... 3 sudah jadi lukisan milik saya. Amien.

Dan Anda, kawan? :)



foto: jepretan dari kartu pos mas Bram