22 Nov 2011

Pasti Tuntas dengan Kualitas


Kelulusan
Isi rumah ini secara jama'ah lulus bersamaan. Yak! tertinggal saya dam kedua adik kos saya sebagai 'Mahasiswa Tingkat Akhir'.
Bukan untuk galau. Hanya untuk sekedar mengisi jeda sebelum kembali menulis Tugas Akhir a.k.a TA.
Saya teringat beberapa celoteh kakak-kakak kelas saat kami dahulu menyelesaikan Skrispi. Kami mengganggap skripsi itu master piece yang harus dikerjakan secara totalitas dan penuh semangat. Tidak puas dengan cara studi literatur, saya memutuskan untuk studi lapangan di Jakarta dan melakukan kros cek hasil di Kulon Progo, Pacitan, dan Nganjuk. Menuliskan data, mengantri bimbingan tanpa janjian sms dan penuh doa. Sidang pendadaran pun tiba. Selamat. 3 tahun 2 bulan. TUNTAS!

Itu dulu. Sejarah hidup saya mengenai tugas akhir.
Dulu saya bisa heran mengapa teman-teman enggan mengerjalan tugas akhir, apakah tidak sayang uangnya?

Sekarang?
Waaah saya jadi mengerti mengapa memang tidak mudah mengerjakan itu semua. Tugas akhir membutuhkan TOTALITAS.
Faktanya, satu tahun saya hengkang dari per-Tugas Akhiran. Diberi nikmat melihat dunia oleh Allah. Maha Baik memang, sungguh. Dan tidak seharusnya saya buntu mengerjakan ini semua. Data sudah saya ambil di Jepang. Tinggal menuliskannya. Sungguh, tidak mudah. Ada saja gangguan A B C D untuk memecah fokus, namun itu menjadi prioritas mengalahkan TA. Tidak untuk berputus asa. Dari kebuntuan ini membuat saya dapat merasakan bagaimana perasaan teman-teman saya bila dulu datang untuk meminta bantuan merunut TA-nya bersama. Ya! Saya sungguh harus berterima kasih pada Tuhan. Ada kalanya roda itu berputar. Kejayaan di masa sejarah tidak akan langgeng, namun itu akan menjadi batu penanda bahwa pernah bisa!

Menyelesaikan satu proses sama halnya dengan bagaimana Garuda Muda berlaga di Gelora Bung Karno dalam final Sea Games 2011. Tendangan - tendangan nyaris masuk ke dalam gawang lawan, bola masuk masuk namun digagalkan dengan off side hingga ditutup dengan adu pinalti. Kemenangan yang tidak mutlak bagi Malaysia. Tetaplah Malaysia pemenangnya, Garuda Muda berjuang tuntas.

So, yuk rangkul sahabat bukan untuk disudutkan.
Namun tanyakanlah, mengapa belum menuntaskan? Apakah berkualitas mengisi waktu sehingga TA belum menjadi prioritas? Jika memang mereka anggap iya, tidak ada salahnya menjadi mahasiswa tingkat akhir yang lulus paling akhir. Jadilah pendukung setia yang menantikan perjuangannya hingga tuntas. Pasti tuntas!

Luluslah tepat pada waktunya. Waktu tepat pun berbeda pastinya. Masuk bersama belum pasti tuntas bersama. Satu yang pasti, pasti tuntas setiap orangnya!
Jikalau dulu dimasa skripsi saya butuh 3 tahun 2 bulan. Kini saya harus molor hingga satu semester dari jadwal. Eits, satu semester mendapat nikmat pendidikan dan pengalaman tiada mungkin terulang jadi mengapa tidak? Rugi bila menyesali perjalanan yang tidak biasa. Lulus akhir bukan kerugian segalanya namun soal pilihan. Selamat!

Ini akan menjadikan bekal untuk saya saat menjadi orang tua yang berpikir terbuka kelak. Saya akan sampaikan,
"Oooh anak saya memang suka jalan-jalan dulu. Maklum Eyang, Pakdhe, Budhe, Om, dan Tantenya bawel jadi anak saya pingin tahu bukti hidup itu ajab seperti apa. Kan mumpung anak muda". Bukan masalah besar menjadi mahasiswa tingkat akhir yang kalah cepat lulus dibanding tetangga kanan kirinya. Asal ada kualitas dibaliknya. Semoga.

Dedicated to:
Semua HIers UGM 2005 dan yang sedang berjuang menuntutaskan. Masih ada waktu setahun, akhir 2012. Tenanglah. Saya pun jua, SAMA!

Saran bacaan: http://msugiono.staff.ugm.ac.id/tips/seniskripsi.php

Foto itu: Jepretan saat di desa Kebon, Batik Kebon Indah.

16 Nov 2011

Pupuk Khusus Usia Tengah

"Ah gpp trombosit turun asal bukan imannya yang turun" katanya

Tertohok. Begitu teramat santai saat seorang sahabat menasehatiku. Dilihat secara usia iya sudah pasti lebih senior dibanding saya. Point yang ingin saya sampaikan adalah pasang surut manusia sebagai umatNya.

"Ak sedang gak percaya..." Ujar saya
"Gw juga... Gw lagi gak percaya juga" jujurnya

Terdiam sejenak sambil memandangi perumahan di sepanjang Kebayoran Baru.
Bukan bermaksud kurang bersyukur, tapi kami sore itu sedang sama-sama sedang kurang bisa memaknai arti bersyukur. Untuknya, bekerja di perusahaan market leader jasa komunikasi sudah lebih dari cukup. Namun dirinya membutuhkan passion.

Sama. Pertemuan kami bertiga setelah 3 tahun berpisah menyatakan bahwa kami sudah ada di fase middle age. Yang mana saatnya untuk mantap lebih dan lebih dari langkah sebelumnya.

Ah, itu kan idealisme dan konstruksi manusia. Buktinya, kami bertiga masih dalam proses pertumbuhan. Tingkat pertumbuhan kami akan cepat dengan syarat diimbangi dengan pasokan pupuk yang cukup.

Kekurangan pupuk. Pupuk yang notabene dapat menyuburkan sedang tidak lagi berfungsi dengan baik.

Pupuk. Berpasangka baik itulah pupuk kami.
Nanti nanti ada waktunya untuk memanen.


Bagaimana dapat memanen apabila tidak menanam apalagi memberinya pupuk serta menyiramnya? :)

Semoga kita semua terlindungi dan selamat dari penurunan iman :)

#ampuniku ya Allah yang sering melupakanmu, Afgan-