Keajaiban selalu terjadi! Ya itulah cara Tuhan berbagi nikmat dan mendidik umatNya. Malam ini suhu badanku 39 derajat, mungkin bisa jadi global warming tidak hanya berlaku bagi bumi saja, melainkan juga manusia :D eniwei, bisanya dengan suhu begini, akan ada aksi cepat tanggap dari Ayah, Ibu, Jindul, atau Bunda ya paling tidak bawel bla bla bla ala orang dewasa.
Keajaiban itu pasti ada! Dibalik 39 derajat, ada hal yang nampak tidak heboh dan tidak meye-meye, apa itu? Ya! usaha spontan yang dilakukan oleh diriku agar tidak terkapar sakit sehingga merepotkan banyak orang. Merantau merubah segalanya! 5 tahun yang lalu aku datang ke Jogja dengan penuh rasa tanya akan apa yang terjadi padaku. Ya! terjawab mengapa aku harus digariskan hidup dalam keluarga HI dengan penuh warna setiap saatnya, belajar hidup dengan keluarga baru. Upacara wisuda membuatku harus banyak berterima kasih pada Tuhan atas semua garis Tuhan ini. Lagi-lagi aku harus bingung penuh tanya apa yag akan Tuhan gariskan untuku. Paling tidak, Jogja membuatku siap untuk menggempur kerasnya Jakarta.
Keajaiban itu pasti terjadi! Tuhan membantuku untuk belajar merantau di ibukota. Terkadang aku sering berpikir, aih dari satu rangkaian KRL tak ada yang kukenal. Heum, namun perlahan asumsi itu tidak selamanya terbukti. Rutinitas pagi dan sore membuatku memiliki beberapa kenalan pengguna KRL. Ya! bersama ibu-ibu pegawai Depkeu atau Sudirman'ers kami selalu merumpi di st. Palmerah menunggu malam tiba dan bertemu lagi ceria di Pondok Ranji, Bintaro. Masih kuingat bagaimana parnonya sahabatku, Ita, saat melihat tukang ojek di depan komdak, Semanggi, erat sekali dia pegang tanganku. Ya itulah keajaiban! sekeras apapun ibukota, aku tetap yakin masih banyak orang baik dan bersahabat. Duh, jadi rindu Pak Ndin, tukang ojek yang selalu sms "Ibu pulang jam berapa?" setia mangkal di depan kantor menemaniku mengejar KRL hingga selesai Isya. Keajaiban itu selalu terjadi! Pak Ndin hingga kini masih sering menelpon bertanya kabarku, dan kuperkenalkan Pak Ndin sebagai ojek langganan teman kantor. Keajaiban itu terjadi bagaimana keluarga Jakarta satu persatu mengirim parcel dan ucapan ke Jogja, terima kasih kita tetap keluarga! :)
Keajaiban itu selalu terjadi! merantau membuatku perlahan mengerti bagaimana menikmati hidup, menghargai sesama, mengelola emosi, memikirkan masa depan, dan pastinya membuat berterima kasih pada Tuhan yang menguatkan kita semua.
Terkadang merindukan bagaimana semua kemudahan dan ketersediaan fasilitas ada. Merindukan bagaimana Bunda atau Jindul menawarkan nanti biar diantar Pak Sam, teringat pula Ibu selalu bilang "diantar dijemput saja biar tidak capek!", "sudah liat tv saja biar bu'e (sebutan untuk pembantuku di rumah) yang mengerjakan" bahkan guru mengaji atau les pun datang ke rumah tanpa harus pergi. Menikmati hidnagan makan bersama-sama, belajar ditemani ayah atau jindul. Kini sebaliknya, terkadang jadi kagok bila harus diantar jemput, dicucikan bajunya. Ya, keajaiban itu pasti terjadi! membuatku memiliki keluarga dekat di Jogja, Jakarta, Bandung, Sanur, Inggris, dan Amerika.
Keajaiban itu selalu terjadi! mengapa aku memilih menghabiskan waktukku untuk di depan internet daripada depan TV, ya karena au bisa tetap berkomunikasi bersama mereka. Akupun sering mengunjungi kantor pos untuk sekedar mengirim paket, kartu pos, dan surat untuk keluarga-keluarga baruku. Lebih memilih menikmati hari bersama adik-adikku daripada kuhabiskan diam di kamar seperti dulu di rumah.
Banyak hal yang bisa kulakukan bersama keluarga-keluarga baruku dengan grup Angklung, fotografi, menghabiskan 8 jamku di ruang kuning Hummmy-- nge HOS 109, belajar bersama keluarga di HI, olah raga bareng, memasak bersama mbak Djum, mengajar les atau jalan-jalan. Ya! merantau sangat menyenangkan, merantau membuat kita berpikir dengan lebih tenang tanpa harus meninggalkan karakter kita. Ya! sangat tak sabar mengoleksi stempel di pasporku. Ya! merantau itu senikmat Hari Raya berkumpul bersama keluarga :)
Selamat berkumpul bersama keluarga aslimu, kawan!
Akupun tak sabar menunggu wajah Ayah dan Ibuku menantiku turun dari Joglosemar atau Banyubiru :)
Menanti Jindul bunda dan Zahra Nabila memanggilku :)
"Kubiarkan kalian kesana kemari agar bisa melihat dunia, tanpa harus duduk belajar serius demi menjadi bintang kelas, jangan ranking 1 ya ranking 3 aja, susah lho ranking 3 karena harus berjiwa besar dan mriyayeni" Ayah said when I was 8 years old :)